Sunday, April 2, 2017

TTC - Another day, Another Doctor, Another Method - Natural IVF or Mini IVF


Jadi setelah saya hamil bulan Juni 2016 dan keguguran July 2017, saya berhenti sama sekali ke dokter. Mau coba cara alami, siapa tahu bisa hamil lagi. Tapi ternyata tidak hamil lagi. Dan mengingat sebenar lagi ulang tahun yang ke 36, saya jadi khawatir. Dan sharing ke khawatiran saya ke suami. Akhirnya setelah diskusi panjang lebar dan hitung budget, kami ke dokter lagi.

Janji dengan Dokter Wong Pak Seng jam 11 pagi, tapi kami datang lebih awal. Begitu datang langsung ditanya nama saya dan kami memang sudah ada yang janji dengan sebelumnya via email.


Jadi saya konsultasi dulu dengan suster kepalanya namanya Miss Catherine. Di sini orangnya ramah-ramah banget. I feel I am in good hands.


Masuk ke ruang dokter Wong dan sudah ada catatan hasil wawancara dengan Miss Catherine, waktu di transvaginal, dokter melihat ada putih-putih di rahim saya dan dia khawatir ada polip oleh karena itu akhirnya saya melakukan prosedur SIS.

Setelah transvaginal dan pap smear, saya di kasih lihat hasilnya terlebih dulu, kemudian baru diskusi dengan suami. Dokter minta kami lakukan SIS karena jika benar ada polip maka harus di “benerin” dulu polipnya karena kalau ada polip embryo sulit menempel sehingga dapat mengakibatkan kehamilan gagal menempel. Akhirnya mengikuti saran dokter, saya lakukan SIS.

Prosedur SIS, rahim saya di penuhi dengan sodium chlorine kemudian dokter baru transvaginal lagi untuk melihat lebih jelas. Agak tidak nyaman sih, dan setelahnya ada keluar darah sedikit. Ini mirip seperti prosedur yang dilakukan dokter Devindran untuk bikin jalur “tol” di rahim saya, yang masih jelas sampai saat ini.

Ternyata tidak ada polip, dan saya dan suami bernafas lega.

Dokter menyarankan kami untuk melakukan Natural IVF cycle, yaitu saya dikasih obat Femara yang di konsumsi selama 5 hari, yang mulai saya konsumsi pada mens hari ke 2 setelah saya cek dengan dokter di Jakarta (Dokter Wong langsung kasih saya surat rekomendasi ke OBGYN Jakarta), hasilnya wajib saya komunikasikan via Whatsapp ke dokter Wong, jika dari beliau sudah ok, saya akan langsung konsumsi Femara hari itu juga selama 5 hari, kemudian pada hari ke 9 saya balik ke KL untuk di cek besar telurnya, hari ke 12 akan OPU. Dokter akan ISCI (kawinkan telur dengan sperma) kemudian tunggu sampai blastosis baru di Freeze (dibekukan) untuk disimpan. Bulan depan saya lakukan hal yang sama. Dokter minimum ingin ada 2 telur yang blastosis jadi kemungkinan hamil lebih besar lagi.

Suami wajib ejakulasi pada hari ke 8, jadi hari ke 12 waktu saya OPU itu, suami akan ikut dan menyerahkan sperma untuk ISCI.

Trus kata dokter nanti hari ke 14 setelah ET, bisa cek Beta HCG di Jakarta saja. Tidak perlu ke KL lagi.

Sebenarnya dalam benak saya, sudah memikirkan opsi ini, karena saya tidak ingin tubuh saya dibanjiri obat hormon Gonal F dan Menopure, dengan alasan saya takut menopause dini dan ada risiko kanker serviks juga. Tapi saya kan bukan dokter jadi untuk menyampaikan hal ini ke dokter rasanya kurang sopan, dan suami saya juga entah apakah akan setuju karena biaya yang dikeluarkan pasti cukup mahal.

Begitu dokter menyarankan ini dan mengatakan bahwa banyak pasiennya yang hamil dengan metode ini, bahkan yang umurnya 45 tahun pun bisa hamil dengan metode ini, saya jadi optimis. 

Masalah biaya, jika telur saya memang tidak bagus dan kan bisa di stop sehingga tidak perlu lanjut ke ET. Lagi pula di klinik ini, tidak harus bolak balik ke KL, tapi bisa melakukan transvaginal di dokter di Jakarta. Nah ini kan jadi hemat biaya travelling dan akomodasi juga.

Dokter juga bilang metode ini populer di Jepang, karena orang Jepang sangat menghargai hidup sehingga untuk membuang embryo yang sudah tidak dipakai menyalahi alam dan memang orang Jepang kan suka yang natural dan setelah saya research, ternyata di Jepang tidak boleh donor telur jadi dokter di sana jadi kreatif.


***

Tentu saja setelah pulang, suami saya sibuk dengan reseach-nya di Internet. Namanya metode ini berbeda-beda, bisa Natural cycle IVF, Mini IVF, Micro IVF, Invasive IVF dll. Tergantung dari dimana kita berada.

Beberapa video yang kami temukan :

Mengapa dokter jarang merekomendasikan Natural cycle
1. Karena dokter hanya diajarkan untuk melakukan conventional IVF (pakai Gonal F / Menopure
2. Metode ini baru dalam prosedur IVF
3. Metode ini ilmu baru lagi sehingga dokter yang melakukannya wajib punya keahlian khusus lagi
4. Metode ini merepotkan dokter, karena jika Day 12 itu weekend maka dokter wajib melakukan OPU pada weekend.

Source : klik di sini

Metode ini cocok untuk wanita dengan umur diatas 40 tahun / wanita yang tidak responsive terhadap Gonal F / Menopure dan hormon suntik lainnya (kasus saya)

Source : klik di sini


Metode ini cocok untuk orang yang FSHnya tinggi (telurnya tidak ada)

Source : klik di sini


Metode ini lebih alami, lebih murah --> di Sunfert, 1 paket kena 13,750, tapi kalau pertama x akan di kurangi sekitar 1,400 karena tidak ada ET. Harga di luar obat dan cek darah. 

Umumnya cek darah dilakukan sebelum proses IVF yaitu cek STD, HIV untuk suami istri. Untuk istri akan cek AMH level (cadangan telur) dan untuk suami cek sperma.

Kalau pengecekan ini sudah dilakukan dalam 3 bulan, hasilnya boleh di bawa ke dokter.

Jika mau FET (Freeze Embryo Transfer) dibebankan biaya 4,800 lagi, kemudian ada biaya Embryo Freezing sebesar 1,650 dan Embryo Cryopreservation (menyewa pembekuan) 600 selama 6 bulan dan 1,200 selama setahun.

Sebenarnya kalau dibandingkan dengan di Penang, ya jatuhnya jadi lebih mahal, di Penang IVF konvensional sekita 15,000, tapi masalahnya apakah dokter di Penang punya keahlian ini, saya tidak yakin. Makanya ya sudah lah, we give all our trust to Doctor Wong and his team.





0 komentar:

Post a Comment

Back to Top